Eks Politisi Golkar Sebut Ada Bakal Calon Bupati Maybrat Berafiliasi dengan OPM, Pengamat: Itu Pemikiran Kerdil 

Sorong, PBD (OikoNews)-Pernyataan mantan politikus partai Golkar Papua Barat Orgenes Nauw yang menyebutkan bahwa ada bakal calon bupati Maybrat yang keluarganya berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) . Komentar tersebut mengundang reaksi keras sejumlah pihak, serta memunculkan beragam tanggapan yang dikhawatirkan memperkeruh situasi politik di kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat Daya (PBD). Komentar itu terkesan menyerang privasi salah satu bakal calon bupati di kabupaten itu.

Pernyataan ini sangat disayangkan oleh Pengamat Politik Papua Barat Daya Ortisan Kambu. Kepada awak media ini, Ortis menyatakan Ori (Orgenes) Nauw semestinya tidak boleh berkomentar demikian apalagi diekspos melalui media massa yang kemudian menjadi konsumsi publik di Papua Barat Daya.

“Beberapa waktu lalu ada komentar dari pak Ori Nauw yang menurut saya sangat tidak tepat. Bagi saya itu pemikiran kerdil. Ori Nauw seorang intelektual Maybrat, beliau eks politisi senior Golkar harusnya komentar lebih kepada menggali gagasan atau ide para bakal calon bupati kita ,” kata Ortis di Sorong, Senin (12/8).

Dia menyebut di kabupaten Maybrat ada calon kuat yang bakal bertarung  yakni Karel Murafer,Kornelius Kambu, Agustinus Tenau dan Marthen Howay.

“Mereka ini putra- putra terbaik kita. Anak -anak Papua Barat Daya yang kita lihat potensi mereka luar biasa ke depan, karena itu biarlah mereka bertarung, kan rakyat yang nanti pilih mereka,” tandasnya.

Ortis melihat ada kampanye hitam atau black campaign , ada komentar miring atau pembunuhan karakter yang dilakukan oleh pak Ori Nauw  terhadap salah satu calon bupati Maybrat.

“Pak Ori Nauw  adalah politisi senior di partai Golkar dan sekarang sudah pindah bergabung di partai Gerindra . Saya lihat komentar beliau itu tendensius. Dia menyebut bahwa salah satu bakal calon bupati Maybrat keluarganya berafiliasi dengan OPM. Bahwa saudaranya bakal calon bupati Maybrat ini menjadi suaka politik di Australia tentang Organisasi Papua Merdeka. Peristiwa ini saya pikir sudah cukup lama hampir sepuluh tahun lalu namun diangkat kembali oleh pak Ori Nauw. Pak Ori ini kakak saya. Tapi saya melihat pikirannya kerdil sekali. Kenapa saya bilang kerdil? Beliau ini seorang politisi, yang menurut saya sebenarnya dia membiarkan Adik -adiknya, saudara- saudaranya bertarung,” ujar Ortis.

“Kalau mengkampanyekan bahwa saudara perempuannya bakal calon bupati ini pernah berafiliasi dengan OPM. Saya mau bilang bahwa di Papua tidak hanya dia saja. Tidak hanya saudaranya salah satu bakal calon  bupati yang seperti itu. Tetapi di Papua ini banyak pejabat, banyak tokoh yang saudaranya pernah terlibat jaringan OPM. Itu banyak lho. Almarhum orang tua saya bapak Jap Solossa mantan gubernur Papua,mantan anggota DPR RI mantan pejabat besar di Papua , beliau itu bapak mantunya tokoh OPM di Swedia. Kemudian saudaranya itu tokoh politik yang berbahaya di Papua. Tetapi orang tidak persoalkan itu, orang malah pilih beliau secara aklamasi jadi DPR RI utusan Papua. Kemudian dipilih sebagai Gubernur Papua ketika itu. Beliaulah yang mendorong otonomi khusus Papua. Jadi orang melihat bukan soal terkait jaringan OPM tetapi orang melihat bagaimana dia membangun,”kata dia.

“Kemudian contoh lain, ada seorang bekas tokoh PKI berpengaruh di Jawa itu anaknya terpilih jadi anggota DPR RI sekian periode. Tapi orang tidak persoalkan. Tapi ini kejadian sudah sepuluh tahun lalu masih diungkit? Kemudian dikait-kaitkan dengan bakal calon yang maju pilkada di Maybrat.

Mestinya Ori Nauw harus kritisi pikiran orang , karya orang . Nanti maju calon kemudian terpilih Kau bikin apa. Itu yang perlu dikritisi, disorot kepada para bakal calon kita. Tidak boleh menyerang privasinya tetapi seranglah pikiran, seranglah argumentasi-argumentasinya, serang karya-karyanya yang dihasilkan. Bukan menyerang pribadi atau keluarga bakal calonnya. Itu tidak cerdas sama sekali cara berpikirnya. Pak Ori Nauw kan pernah maju _orang tidak protes kok. Biarkan adik -adik ini bertarung kan rakyat yang pilih. Jadi jangan menjustifikasi orang seperti itu. Itu namanya membunuh karakter orang,” tukasnya.

“Partai politik mau kasih rekomendasi atau tidak, biarlah dia yang berusaha. Toh kalau tidak dapat juga dia terima resiko, kenapa kita harus menjegal orang dengan kampanye miring seperti itu. Jujur saya sangat menyayangkan cara berpikir Ori Nauw seperti itu,” pungkasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *