SORONG (OikoNews) – General Manager PT Pelabuhan Indonesia (PT Pelindo) Regional IV Sorong, Zahlan mengungkapkan bahwa saat ini operasional Terminal Peti Kemas (TPK) Pelabuhan Sorong, Provinsi Papua Barat Daya sudah buka 24 jam non stop.
“Satu satunya kebanggaan pelabuhan sorong adalah buka 24 jam atau non stop. Ini untuk wilayah daratan Papua secara keseluruhan. Dibuka 24 jam setiap hari dalam seminggu. Hari minggu atau tanggal merah tetap buka. Sudah setahun ini berlaku,” ungkap Zahlan di kantor Pelindo Sorong, Senin (30/10).

Menurutnya, operasional peti kemas Sorong perlu disesuaikan mengingat semakin meningkatnya arus barang yang masuk ke Kota Sorong dan sekitarnya.
“Sebagian besar komoditas utama untuk kebutuhan masyarakat masuk melalui terminal peti kemas pelabuhan Sorong, maka harus siap kapanpun kapal masuk untuk segera dilakukan kegiatan bongkar muat,” kata dia.
Zahlan menuturkan pengaturan waktu kerja baru di TPK pelabuhan Sorong sudah pembahasan semua para pemangku kepentingan. Pemerintah Kota Sorong , DPRD Kota Sorong mendukung penuh.
Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah jam kerja di hari Minggu yang selama ini telah ditetapkan sebagai hari libur untuk beribadah.
“Ada pengaturan bagi pekerja agar tidak mengganggu waktu ibadah, bisa dilakukan secara bergilir atau bergantian dengan pekerja lain, tidak ada kewajiban untuk bekerja bagi yang beribadah di hari Minggu, termasuk juga bagi mereka yang beribadah di hari Jumat,” sebut Zahlan.
Menurutnya, penyesuaian waktu kerja tersebut akan berdampak pada operasional kapal. Bagi pelayaran, semakian cepat kegiatan bongkar muat dilakukan semakian cepat kapal berlayar. Dengan penyesuaian waktu kerja, diharapkan kegiatan bongkar muat kapal dapat dilakukan sesaat setelah kapal sandar di dermaga terminal.
“Optimalisasi waktu kerja diharapkan dapat mempercepat proses bongkar muat, sehingga proses distribusi barang bisa lebih cepat. Dengan proses bongkar-muat yang optimal maka port stay kapal bisa lebih cepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan call/kedatangan kapal di TPK Sorong,” katanya.
“Jika kapal dapat segera melakukan kegiatan bongkar muat, maka hal itu akan memberikan efisiensi bagi pelayaran, karena port stay mereka berkurang, dengan demikian diharapkan ongkos logistik lebih kompetitif,” tambah Zahlan.
Dia menyebut dulunya kalau hari minggu atau tanggal merah pelabuhan Sorong ditutup tidak ada kegiatan.
“Kalau ditutup kan ada resiko yaitu menggangu perekonomian suatu wilayah bahkan bisa terganggu secara nasional. Saya kasih contoh. Pas ada kapal tiba sabtu sore, dia mau masuk sandar dia tentu berpikir kalau sandar bayar tambatan besok minggu tidak dibongkar dia rugi,”.
“Minggu tidak dibongkar senin baru dibongkar itu dia rugi, maka dia tanggung dan masuk hari senin .Bisa dibayangkan ruginya tidak sedikit itu ; rugi waktu berapa hari dan bisa berdampak pada ekonomi. Karena biasanya yang dibawa kapal itu adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi ternyata barangnya masih di kapal , masih dikontainer belum dibongkar , belum diambil oleh distributor untuk selanjutnya dikirim ke toko,”bebernya.
Dia mencontohkan; kalau bongkar senin berarti sampai ke toko hari rabu. Jadi bisa terjadi kelangkaan barang di toko, kalau langka bisa memicu terjadinya inflasi yang merembes ke semua sektor , karena harga barang naik . Inilah dampaknya kalau telat sandar atau telat bongkar barangnya.
“Tetapi dengan pelabuhan buka 24 jam, kapal tiba , sandar , bongkar langsung diambil oleh distributornya, dan kapal pulang sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Nah ini prosesnya lebih lancar sehingga tidak merugikan perekonomian di wilayah,” pungkasnya.